• 160,000+
  • pengikut
  • ponsel:
    +62 21 5200 392
  • Skrining Kanker Paru-paru dan Cara Diagnosis dan Pengobatan Dini

    Kategori artikel:Sains kesehatan    Waktu rilis:2024-11-14     melihat

    image.png

    Gambar Referensi: Saint John’s Cancer Institute

    Kanker paru-paru merupakan jenis kanker yang paling sering dijumpai di negara Tiongkok dan menyebabkan ancaman serius bagi kesehatan penduduk. Banyak riset menunjukkan bahwa melakukan pengecekan dini terhadap masyarakat yang berisiko tinggi terhadap kanker paru-paru menggunakan CT scan dosis rendah (low-dose computed tomography, LDCT) dapat meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat untuk diagnosis dini kanker paru-paru dan menurunkan angka kematian secara efektif. Agar pada saat skrining awal dilakukan, masyarakat dapat memperoleh diagnosa dan pengobatan dini yang lebih terstandarisasi, serta untuk meningkatkan efektivitas dari pencegahan dan pengendalian kanker paru-paru, rencana teknis ini telah dikembangkan.

    1. Epidemiologi

    Data survey pemantauan terkait menunjukkan, pada tahun 2022 terdapat 1.060.600 kasus baru di Tiongkok, dengan persentase sebesar 22% dari total kasus kanker; dan 733.300 kasus kematian akibat kanker paru-paru dengan persentase sebesar 28.5% dari total kasus kematian akibat kanker. Angka kejadian dan kematian kanker paru-paru masing-masing adalah 75,13 per 100.000 dan 51.94 per 100.000, dengan tren yang cenderung meningkat. Kanker paru-paru memiliki prognosis yang buruk, meskipun kemungkinan bertahan hidup dalam 5 tahun bagi pasien-pasien kanker paru-paru di Tiongkok telah meningkat dalam beberapa tahun ke belakang. Namun, tingkat kemungkinan kelangsungan hidup 5 tahun tersebut masih berada dalam tingkat yang rendah. Jika penyakit didiagnosa dan diobati sedini mungkin, kemungkinan bertahan hidup dalam 5 tahun dapat ditingkatkan secara signifikan.

    Faktor risiko dari kanker paru-paru yaitu: terpapar asap rokok/tembakau, polusi udara, paparan pekerjaan (seperti asbes, berilium, kromium, kadmium, nikel, silika, asap batu bara, dan debu batu bara), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), serta riwayat keluarga kanker paru-paru pada kerabat tingkat pertama.

    2. Populasi Berisiko Tinggi

    Usia > 50 tahun dan memenuhi salah satu kriteria berikut:

    (1) Jumlah kuantitas berapa bungkus rokok per tahun (ciggarette pack-years) ≥ 20 paket/ tahun, termasuk mereka yang telah merokok ≥ 20 paket/tahun tetapi telah berhenti merokok selama kurang dari 15 tahun. Sebagai catatan, Jumlah kuantitas berapa bungkus rokok per tahun(cigarette pack-years) = jumlah bungkus dari rokok yang dihisap per hari (satu bungkus berisi 20 batang rokok) x jumlah tahun merokok.

    (2) Tinggal bersama atau bekerja dalam ruangan yang sama dengan perokok selama 20 tahun.

    (3) Pasien dengan riwayat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

    (4) Memiliki riwayat paparan pekerjaan (seperti asbes, berilium, kromium, cadmium, nikel, silika, asap batu bara, dan debu batu bara, dll.) selama setidaknya 1 tahun.

    (5) Memiliki kerabat tingkat pertama yang didiagnosa kanker paru-paru (ayah-ibu, anak-anak, atau saudara kandung) yang didiagnosis dengan kanker paru-paru.

    3. Skrining

    (1) Sasaran Skrining

    Populasi yang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru, tanpa riwayat kanker paru-paru, biasanya berusia di antara 50-74 tahun.

    (2) Metode Skrining

    image.png 

    Sumber Gambar: Camelot Radiology Associates, Ltd.

    Biasanya skrining kanker paru-paru dengan menggunakan LDCT (Low-Dose Computed Tomography). Namun disarankan juga untuk menggunakan Multislice Computerized Tomography (MSCT) dengan 16 irisan atau lebih. Pengaturan parameter LDCT dan prosedur operasional dapat dilihat di lampiran.

    Pemeriksaan rontgen dada, MRI, PET-CT, pemeriksaan biomarker, dan metode lainnya tidak dianjurkan untuk skrining kanker paru-paru.

    (3) Hasil Skrining

    Berdasarkan kepadatan yang ditampilkan pada gambar irisan tipis pada CT scan, nodul non-kalsifikasi yang terdeteksi selama skrining kanker paru-paru dapat dibagi menjadi nodul padat, nodul yang padat sebagian, dan nodul yang tidak padat (ground glass opacity). Nodul padat yang mengacu pada nodul di mana lesi sepenuhnya menutupi parenkim paru; nodul yang padat sebagian mengacu pada nodul di mana lesi menutupi sebagian parenkim paru; nodul non-padatan mengacu pada lesi yang tidak menutupi parenkim paru, dengan struktur bronkus dan pembuluh darah yang dapat dikenali dalam nodul.”

    (4) Frekuensi Skrining

    Populasi berisiko tinggi untuk kanker paru-paru sebaiknya menjalani skrining LDCT setiap tahun. Bagi mereka yang memiliki temuan pencitraan berikut, disarankan memperpendek interval skrining:

    a. Nodul solid dan padat sebagian dengan komponen solid dengan diameter rata-rata ≥ 6 mm tetapi < 15 mm, atau nodul non-padatan dengan diameter rata-rata ≥ 8 mm tetapi < 15 mm, disarankan untuk melakukan pemeriksaan ulang setelah 3 bulan, dan interval pemeriksaan berikutnya harus ditentukan berdasarkan hasilnya.

    b. Untuk nodul padat, nodul yang padat sebagian, atau nodul non-padatan dengan diameter rata-rata ≥ 15 mm, dan jika keganasan tidak dapat dikesampingkan, disarankan untuk menjalani pengobatan anti-inflamasi regular dan pemeriksaan ulang setelah 1 hingga 3 bulan, dengan interval pemeriksaan berikutnya ditentukan berdasarkan hasilnya.

           4. Prinsip Diagnosis dan Pengobatan Dini

    Kanker paru-paru harus didiagnosa sesegera mungkin dan segera menerima pengobatan yang terstandarisasi. Diagnosis dini kanker paru-paru terutama bergantung pada pemeriksaan pencitraan, dan bila diperlukan, dapat dikombinasikan dengan pemeriksaan patologi. Pemeriksaan untuk penentuan stadium kanker untuk kanker paru-paru yang telah terkonfirmasi secara klinis harus mencakup CT scan dengan kontras pada bagian dada (leher)/ abdomen (pelvis), bronkoskopi, MRI, PET-CT, dan pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan stadium seharusnya mengikuti sistem TNM dari Union for International Cancer Control (UICC) edisi ke-8, dan klasifikasi merujuk pada standar klasifikasi histologi kanker paru-paru WHO 2021.

    (1) Kanker Paru Non Sel Kecil (NSCLC)

    a. Stadium I dan II

    Operasi radikal adalah pengobatan awal yang disarankan. Penentuan terapi adjuvant pascaoperasi, termasuk kemoterapi dan terapi target, seharusnya ditentukan berdasarkan stadium patologis. Jika operasi tidak memungkinkan atau pasien menolak untuk melakukan pembedahan, pengobatan alternatif seperti kemoterapi, imunoterapi, terapi target, radioterapi, dan terapi ablasi yang bersifat lokal dapat dipertimbangkan.

    b. Stadium III

    Kanker paru non sel kecil (NSCLC) dikelompokkan menjadi stadium yang dapat direseksi dan tidak dapat direseksi. Untuk stadium III yang dapat direseksi, pendekatan dalam penatalaksanaan komprehensif yang paling utama adalah melibatkan kemoterapi dan radioterapi secara radikal dan simultan. Untuk pedoman lebih lanjut, merujuk pada pedoman diagnosis dan pengobatan kanker paru-paru terbaru yang diterbitkan oleh Komite Kesehatan Nasional.

    c. Stadium IV

    Disarankan untuk memilih rencana pengobatan sistemik yang sesuai berdasaran tipe patologi pasien (karsinoma sel skuamosa atau non-skuamosa) dan status mutasi dari gen pemicu kanker.

    (2) Karsinoma Sel Kecil (SCLC)

    SCLC dibagi menjadi stadium terbatas dan stadium ekstensif. Untuk pasien dengan SCLC stadium terbatas, pendekatan pengobatan komprehensif yang menggabungkan kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan dapat dipertimbangkan. Untuk pasien dengan SCLC stadium ekstensif, pilihan pengobatan seperti kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, dan perawatan paliatif dapat dipilih.

    5. Follow-up dan Tata Laksana

    Secara prinsip, semua subjek yang diskrining harus menjalankan follow up setidaknya sekali setahun untuk memperoleh hasil diagnosis akhir dan informasi hasil. Untuk mereka yang memiliki hasil skrining negatif, edukasi kesehatan seharusnya diberikan berdasarkan faktor risiko mereka, dan mereka seharusnya diingatkan untuk menjalani skrining secara reguler. Untuk individu-individu dengan hasil positif, disarankan untuk mengikuti pedoman pengobatan dan tindak lanjut klinis.

    Catatan: Pengaturan parameter menggunakan CT scan dosis rendah (low dose computed tomography, LDCT)

    1. Mode pemindaian spiral, pengaturan pitch ≤ 1, durasi rotasi gantri ≤ 0,8 detik, total dosis radiasi untuk pemindaian seluruh dada < 2 mSv.

    2. Pilih peralatan dengan durasi pemindaian yang paling singkat. Matriks pemindaian minimal tidak kurang dari 512X512. Untuk peralatan tanpa teknologi iteratif, disarankan untuk menggunakan parameter pemindaian 120 kVp dan 30-50 mAs. Untuk perangkat dengan teknologi rekonstruksi iteratif generasi, disarankan untuk menggunakan parameter pemindaian 100-120 kVP dan <30 mAs.

    3. Gunakan algoritma paru dan algoritma standar, atau hanya algoritma standar, untuk rekonstruksi, dengan ketebalan irisan rekonstruksi antara 1 dan 1.25 mm. Jika ketebalan irisan rekonstruksi ≤ 0,625 mm, disarankan untuk melakukan rekonstruksi tanpa celah. Jika ketebalan irisan rekonstruksi berada di antara 1-1,25 mm, disarankan agar interval rekonstruksi tidak melebih 80% dari ketebalan irisan.

    4. Saat pemindaian, disarankan untuk mengaktifkan fungsi ‘dosereport’(laporan dosis).

    5. Selama prosedur, pasien harus berbaring dengan posisi telentang dengan kedua lengan terangkat, dan dilakukan pemindaian dengan menahan napas sekali pada akhir inspirasi.

    6. Rentang pemindaian harus meliputi apeks paru-paru hingga sudut konstofrenikus posterior (termasuk seluruh paru-paru dan kedua sisi dinding dada, dan untuk pasien wanita, seluruh jaringan payudara juga perlu disertakan).

     



    Isi formulir untuk menghubungi kami dengan cepat

    Kami bekerja sama dengan rumah sakit dan spesialis terkemuka untuk memberi Anda layanan medis lintas batas berkualitas tinggi


    Laporan Medis*:
    Hubungi kami*:

    Copyright @Rumah Sakit Jing Kai Sa All Rights Reserved.  
     

    Peta Situs